
Asuransi Bikin Rugi? Simak Fakta Perlindungan Finansialnya
Dalam salah satu bukunya, penulis keuangan Morgan Housel menekankan bahwa keputusan finansial seseorang sering kali lebih dipengaruhi oleh emosi dan persepsi dibandingkan logika semata. Hal ini sangat terlihat ketika kita membicarakan tentang asuransi.
Banyak masyarakat masih menganggap bahwa asuransi adalah produk yang “bikin rugi”. Alasannya beragam: premi yang hangus, klaim yang ribet, atau bahkan ada yang percaya asuransi hanya berguna untuk orang yang sudah sakit parah. Padahal, jika ditelaah lebih dalam, keraguan ini lebih banyak berasal dari mitos dibandingkan fakta.
Dilansir dari Manulife Indonesia, salah kaprah yang beredar luas di masyarakat membuat banyak orang menunda atau bahkan menolak untuk memiliki asuransi. Akibatnya, ketika risiko terjadi, mereka justru terbebani dengan biaya finansial yang sangat besar.
Oleh karena itu, penting untuk mengupas lebih dalam: mana yang sekadar mitos, dan mana yang benar-benar realita dari asuransi.
Mitos-Mitos Seputar Asuransi

1. Asuransi hanya untuk orang sakit parah
Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah anggapan bahwa asuransi hanya berguna bagi orang sakit parah. Nyatanya, asuransi justru paling efektif ketika dimiliki saat masih sehat.
Menurut Sun Life Indonesia, semakin muda dan sehat seseorang, semakin murah pula premi yang harus dibayarkan. Asuransi bekerja seperti payung: dibutuhkan sebelum hujan, bukan ketika badai sudah datang.
Contoh nyata: Seorang pekerja berusia 25 tahun mungkin hanya perlu membayar premi ratusan ribu per bulan untuk perlindungan jiwa. Namun, jika baru membeli di usia 45 tahun ketika sudah ada riwayat penyakit, preminya bisa naik berkali lipat atau bahkan ditolak.
2. Premi asuransi selalu hangus
Stigma “premi hangus” membuat banyak orang merasa ragu. Padahal, produk asuransi kini sangat beragam. Ada yang berbasis murni proteksi, ada pula yang menawarkan pengembalian premi, dan ada juga produk unit-link yang menggabungkan proteksi dengan investasi.
Menurut Ruang Menyala, anggapan bahwa premi hangus berarti rugi adalah pemahaman yang keliru. Premi adalah biaya untuk proteksi, mirip seperti membayar biaya keamanan di rumah. Kita tidak akan menganggap rugi membayar satpam atau memasang CCTV meski rumah tidak pernah kemalingan. Justru dengan adanya perlindungan itulah kita bisa hidup lebih tenang.
3. Klaim asuransi itu ribet dan lama
Mitos lain yang sering membuat orang enggan adalah anggapan bahwa klaim itu rumit. Memang benar, di masa lalu proses klaim memerlukan banyak dokumen dan waktu yang cukup lama. Namun kini, perusahaan asuransi sudah bertransformasi dengan layanan digital.
Dilansir dari Allianz Indonesia, klaim kini bisa dilakukan lebih cepat, bahkan hanya melalui aplikasi smartphone. Selain itu, layanan cashless di rumah sakit rekanan membuat nasabah tidak perlu mengeluarkan uang pribadi terlebih dahulu.
Dengan adanya teknologi, proses klaim menjadi lebih transparan, cepat, dan efisien, jauh dari kesan ribet seperti dulu.
Realita Perlindungan Finansial
1. Asuransi adalah proteksi, bukan investasi semata
Kesalahpahaman terbesar terjadi ketika asuransi dipandang sama seperti investasi. Padahal, asuransi adalah proteksi.
Jika investasi bertujuan untuk menumbuhkan aset, maka asuransi bertujuan untuk menjaga agar aset yang sudah dimiliki tidak terkuras habis ketika risiko datang. Misalnya, biaya pengobatan kanker di Indonesia bisa mencapai ratusan juta rupiah. Tanpa asuransi kesehatan, biaya sebesar itu bisa menguras tabungan, investasi, bahkan memaksa seseorang berutang.
Dengan asuransi, beban biaya tersebut bisa ditanggung, sehingga kondisi finansial keluarga tetap terjaga.
2. Premi bisa disesuaikan dengan kebutuhan
Banyak orang menunda asuransi dengan alasan premi terlalu mahal. Faktanya, premi sangat fleksibel. Besarnya premi bisa disesuaikan dengan kebutuhan proteksi dan kemampuan finansial individu.
Misalnya, Allianz menyediakan produk yang memungkinkan nasabah memilih manfaat sesuai prioritas: hanya proteksi kesehatan, jiwa, atau gabungan dengan investasi. Dengan cara ini, seseorang bisa memulai dari premi kecil terlebih dahulu, lalu meningkatkannya seiring dengan naiknya kemampuan finansial.
3. Proses klaim kini lebih cepat dengan teknologi
Digitalisasi telah mengubah wajah industri asuransi. Aplikasi mobile, layanan online, hingga sistem cashless membuat proses klaim jauh lebih cepat dibandingkan dulu. Bahkan, beberapa klaim sederhana bisa disetujui hanya dalam hitungan jam.
Inovasi ini menjawab stigma bahwa klaim selalu ribet. Justru sebaliknya, kini asuransi semakin user-friendly dan fokus pada kepuasan nasabah.
Dampak Percaya Mitos Tanpa Mengecek Fakta
1. Kehilangan kesempatan proteksi finansial
Menunda atau menolak asuransi karena percaya mitos berarti menutup diri dari kesempatan mendapat proteksi. Padahal, risiko seperti sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia tidak bisa diprediksi. Tanpa proteksi, semua biaya harus ditanggung sendiri.
2. Beban biaya darurat jadi lebih berat
Kehidupan penuh dengan ketidakpastian. Biaya rumah sakit bisa sangat tinggi, bahkan untuk penyakit yang dianggap umum. Tanpa asuransi, biaya darurat bisa menggerus tabungan pendidikan anak, dana pensiun, atau investasi lain yang sudah dipersiapkan dengan susah payah.
3. Rasa aman dalam hidup berkurang
Selain dampak finansial, ada dampak psikologis. Orang yang memiliki asuransi cenderung merasa lebih tenang menghadapi hidup, karena tahu ada jaring pengaman. Sebaliknya, mereka yang tidak punya proteksi seringkali diliputi rasa khawatir akan risiko yang bisa datang tiba-tiba.
Saatnya Melihat Asuransi dengan Kacamata Fakta, Bukan Mitos
Asuransi sering dianggap “bikin rugi” karena dipengaruhi oleh mitos yang beredar luas. Faktanya, asuransi adalah salah satu instrumen penting dalam menjaga stabilitas finansial. Ia bukan sekadar produk, melainkan strategi perlindungan jangka panjang.
Agen asuransi berperan penting membantu masyarakat memahami fakta dan memilih produk yang sesuai kebutuhan. Di sinilah perusahaan seperti Allianz hadir, dengan berbagai pilihan proteksi kesehatan, jiwa, hingga investasi berbasis proteksi, yang fleksibel dan transparan.
Dengan memahami realita, kita bisa melihat bahwa memiliki asuransi bukanlah soal rugi atau untung jangka pendek, melainkan tentang membangun ketenangan pikiran, melindungi keluarga, dan menjaga keberlanjutan finansial di masa depan.
Ingin tahu lebih dalam soal perencanaan finansial dan proteksi diri? Baca artikel menarik lainnya di Money Mindset dan temukan inspirasi untuk hidup lebih terlindungi.
Dan jika kamu tertarik untuk berkonsultasi langsung dengan ahlinya secara GRATIS, klik gambar di bawah ini!
