
Pewaris atau Perintis? Tips Mengelola Keuangan Ala Perintis
Ada pepatah lama yang mengatakan, “Generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, generasi ketiga menghancurkan.” Pepatah ini sering muncul ketika kita membicarakan pewaris dan perintis. Seorang pewaris biasanya lahir dengan modal yang sudah ada, sedangkan seorang perintis harus memulai dari nol, bahkan minus.
Dalam konteks finansial, menjadi perintis berarti menapaki jalan panjang yang penuh tantangan; mulai dari gaji pas-pasan, cicilan yang menunggu, hingga kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditunda. Namun, justru dari titik inilah muncul strategi-strategi keuangan kreatif yang bisa menjadi bekal untuk masa depan.
Ciri-Ciri Perintis dalam Keuangan
1. Tidak Ada Warisan Modal atau Finansial
Berbeda dengan pewaris yang mendapat fondasi keuangan dari keluarga, perintis harus membangun pondasi itu sendiri. Dilansir dari Treasury Indonesia, banyak perintis yang bahkan memulai karier finansial mereka dengan beban utang pendidikan atau tabungan yang nyaris kosong. Tidak adanya "safety net" inilah yang membuat perintis harus lebih berhati-hati dan realistis dalam mengelola uang.
2. Mengandalkan Gaji, Kerja Keras, dan Keberanian Ambil Risiko
Perintis umumnya mengandalkan penghasilan aktif dari gaji, proyek, atau bisnis kecil-kecilan. Dilansir dari LoanMarket, mereka yang hidup dengan gaji UMR pun tetap bisa merancang keuangan sehat asalkan disiplin dalam mencatat pemasukan dan pengeluaran. Selain itu, keberanian untuk mengambil risiko, seperti memulai usaha sampingan atau investasi kecil, juga menjadi pembeda antara perintis yang bertahan dan yang berkembang.
Strategi Keuangan Ala Perintis
Fokus pada Penghasilan Aktif dan Diversifikasi
Kunci utama perintis adalah memperbesar sumber pendapatan aktif sekaligus menjaga keseimbangan dengan diversifikasi. Diversifikasi bukan hanya soal investasi, tetapi juga terkait alokasi dana pada beberapa pos kebutuhan. Dilansir dari BTN Prioritas, diversifikasi adalah strategi penting untuk meminimalisir risiko keuangan, karena jika satu sektor melemah, masih ada pegangan lain yang menopang stabilitas finansial.
Investasi Jangka Panjang untuk Membangun Aset Sendiri
Perintis tidak bisa mengandalkan warisan, maka mereka harus menciptakan aset sendiri. Salah satu caranya adalah melalui investasi jangka panjang seperti reksa dana, saham, atau properti. Selain itu, perintis juga perlu melindungi aset yang baru dibangun dengan asuransi.
Dilansir dari Lemon8, generasi muda kini semakin sadar pentingnya berinvestasi, tetapi masih sering lupa pada proteksi. Di sinilah Asuransi Allianz, khususnya produk asuransi jiwa dan kesehatan, berperan sebagai pagar pengaman agar aset yang sudah dibangun tidak hilang begitu saja ketika risiko datang.
Jadi Perintis Memang Berat, Tapi Lebih Berat Kalau Kamu Gak Bisa Atur Uang!
Menjadi perintis berarti harus siap menghadapi banyak keterbatasan, tetapi bukan berarti tidak bisa sukses. Dengan disiplin, diversifikasi, investasi jangka panjang, serta proteksi finansial seperti Asuransi Allianz, setiap perintis bisa perlahan mengubah hidupnya dari nol menjadi stabil bahkan makmur.
Kalau kamu merasa masih bingung bagaimana cara mengatur keuangan ala perintis, jangan khawatir. Yuk, baca lebih banyak strategi keuangan lainnya di Money Mindset dan semisal kamu butuh konsultan yang bisa bantu kamu merancangkan keuanganmu serta memberikan peta agar kamu bisa jadi perintis yang sukses, klik gambar di bawah ini dan konsultasikan secara gratis.