utang KPR itu berbahaya

Apakah Utang KPR Juga Melindungi Kesehatanmu

October 27, 20255 min read

Dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, ada satu kalimat yang menarik: “Wealth is what you don’t see.”

Kalimat ini sederhana, tapi menampar banyak orang yang hidup di era modern; di mana kesuksesan sering diukur dari rumah, mobil, atau aset yang bisa dilihat. Padahal, kekayaan sejati bukan hanya tentang apa yang kita miliki, tetapi juga tentang seberapa aman dan terlindunginya hidup kita dari risiko tak terduga.

Di Indonesia, memiliki rumah melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sering dianggap sebagai tanda kedewasaan finansial. Setiap bulan, jutaan orang rela menyisihkan sebagian besar gajinya demi cicilan rumah puluhan tahun. Namun, di balik kebanggaan itu, ada satu hal penting yang sering dilupakan: bagaimana jika tubuh kita yang menjadi “mesin penghasil uang” tiba-tiba berhenti berfungsi?

Fenomena Prioritas Salah Kaprah

cara atasi utang KPR

Banyak orang berpikir bahwa dengan memiliki rumah, mereka sudah aman secara finansial. Padahal, rumah tidak bisa menjaga pemiliknya dari risiko kesehatan, kecelakaan, atau kehilangan penghasilan.

Inilah bentuk prioritas salah kaprah yang umum terjadi: fokus melindungi utang, tapi lupa melindungi diri sendiri.

Rela Bayar Cicilan Rumah Puluhan Tahun

Data dari Jaringan Prima menunjukkan bahwa tenor KPR di Indonesia bisa mencapai 30 hingga 35 tahun. Itu artinya, banyak orang berkomitmen membayar cicilan seumur separuh hidup mereka.

Cicilan ini sering dianggap sebagai bentuk investasi masa depan, yang memang benar, tapi dengan syarat: selama kita tetap sehat dan bisa bekerja.

Karena tanpa kemampuan untuk menghasilkan penghasilan, cicilan tersebut bisa berubah dari simbol stabilitas menjadi beban berat.

Tapi Lupa Rumah Paling Penting: Tubuh Sendiri

Ada satu “rumah” yang sering diabaikan: tubuh kita sendiri. Tubuh adalah pondasi dari semua pencapaian finansial. Ia adalah “bangunan utama” tempat semua rencana hidup disusun.

Namun sayangnya, banyak orang rela berutang untuk rumah fisik, tapi enggan “berinvestasi” pada proteksi tubuh sendiri.

Padahal, tanpa tubuh yang sehat, rumah yang dibangun dengan susah payah bisa kehilangan maknanya.

Risiko Jika Abaikan Proteksi

Kesehatan dan keuangan adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Saat satu terganggu, yang lain ikut goyah.

Mengabaikan proteksi kesehatan bukan hanya soal risiko medis, tapi juga soal keberlangsungan finansial keluarga.

Biaya Sakit Bisa Lebih Besar dari Cicilan

Menurut laporan Generali Indonesia, biaya pengobatan di Indonesia meningkat rata-rata 10–11% setiap tahun. Artinya, jika sekarang biaya rawat inap di rumah sakit besar mencapai Rp10 juta per minggu, dalam 10 tahun bisa melonjak menjadi Rp25 juta atau lebih.

Bandingkan dengan cicilan KPR yang rata-rata Rp4–7 juta per bulan, biaya sakit berat bisa langsung menyalip nilai cicilan dalam hitungan hari. Tanpa proteksi kesehatan, satu kali rawat inap bisa menggerus tabungan bertahun-tahun.

Aset Bisa Terjual untuk Biaya Berobat

Kondisi ini sering disebut “financial backfire”. Ketika seseorang terlalu fokus mengumpulkan aset fisik tanpa perlindungan, maka saat risiko datang, aset itu justru harus dijual untuk menutup biaya medis.

Kasus seperti ini bukan hal langka. Banyak keluarga akhirnya menjual rumah atau kendaraan hanya untuk menutup biaya pengobatan anggota keluarga.

Seperti yang dijelaskan dalam artikel CNBC Indonesia, proteksi asuransi seharusnya menjadi bagian integral dari strategi pembiayaan jangka panjang, terutama bagi pemegang KPR.

Tanpa perlindungan jiwa dan kesehatan, aset yang dibangun bisa tergerus habis dalam satu peristiwa tak terduga.

Kehilangan Kemampuan Bayar Cicilan

Skenario terburuk lainnya adalah kehilangan kemampuan untuk membayar cicilan KPR akibat sakit berat atau kecelakaan yang menyebabkan tidak bisa bekerja.

Beberapa bank memang mewajibkan nasabah KPR memiliki asuransi jiwa kredit, agar utang bisa dilunasi jika peminjam meninggal dunia.

Namun, asuransi KPR hanya melindungi utang, bukan kehidupan sehari-hari keluarga yang ditinggalkan, apalagi biaya pengobatan saat masih hidup.

Seperti dijelaskan di laman Allianz Indonesia, perlindungan finansial yang menyeluruh idealnya mencakup asuransi jiwa, kesehatan, dan penyakit kritis agar tidak hanya utang yang aman, tetapi juga kelangsungan hidup keluarga tetap terjamin.

Solusi: Proteksi Tubuh & Finansial

Untuk menghindari risiko finansial akibat gangguan kesehatan, kuncinya adalah menyeimbangkan dua hal: aset fisik dan proteksi diri.

Prioritaskan Asuransi Kesehatan

Langkah pertama adalah memiliki asuransi kesehatan yang memadai. Menurut Generali Indonesia, asuransi kesehatan bukan hanya soal mengganti biaya rumah sakit, tapi juga memastikan kita bisa fokus pada pemulihan tanpa stres finansial.

Allianz sendiri memiliki produk seperti Allianz SmartMed Premier dan Allianz Critical Illness, yang memberikan perlindungan komprehensif, mulai dari biaya rawat inap, operasi, hingga penyakit kritis dengan cakupan global.

Dengan proteksi seperti ini, kamu tidak perlu khawatir cicilan dan kesehatan saling berebut prioritas.

Seimbangkan Aset Fisik & Proteksi Diri

Keseimbangan finansial tidak datang dari banyaknya aset, tapi dari kemampuan menjaga aset tetap utuh.

Jika cicilan rumah adalah bentuk “proteksi masa depan”, maka asuransi kesehatan adalah proteksi terhadap masa kini, agar masa depan itu benar-benar bisa dinikmati.

Seperti prinsip keuangan bijak: “Bukan seberapa besar yang kamu hasilkan, tapi seberapa baik kamu melindunginya.”

Tubuh Sehat = Aset Utama

Pada akhirnya, rumah, kendaraan, dan tabungan tidak akan berarti tanpa tubuh yang sehat untuk menikmatinya.

Tubuh adalah “mesin penghasil uang” dan “rumah pertama” yang harus dirawat. Menjaga tubuh dengan gaya hidup sehat dan proteksi finansial bukanlah pengeluaran, tapi investasi jangka panjang.

Lindungi Diri Sebelum Melindungi Aset

Rumah bisa diasuransikan, utang KPR bisa dilindungi. Tapi tidak ada yang bisa menggantikan nilai kesehatan dan nyawa. Itulah sebabnya, sebelum melindungi aset fisik, lindungilah aset utama: dirimu sendiri.

Seperti kata pepatah finansial modern: “The best investment is the one that keeps you alive and thriving.”

Karena pada akhirnya, rumah yang paling berharga adalah tubuh yang sehat dan terlindungi. Dan untuk itu, perlindungan seperti asuransi kesehatan dari Allianz adalah fondasi finansial yang tidak boleh diabaikan.

Ingin tahu lebih dalam soal perencanaan finansial dan proteksi diri? Baca artikel menarik lainnya di Money Mindset dan temukan inspirasi untuk hidup lebih terlindungi.

Dan jika kamu tertarik untuk berkonsultasi langsung dengan ahlinya secara GRATIS, klik gambar di bawah ini!\

konsultasi keuangan gratis



A Certified Financial Planner (CFP), Islamic Financial Planner (IFP), Qualified Wealth Planner (QWP), and Certified Insurance Specialist. With over a decade of experience in the financial industry, I help individuals navigate their personal finances, from debt management to wealth planning, so they can achieve financial freedom with confidence.

Yodhi, CFP

A Certified Financial Planner (CFP), Islamic Financial Planner (IFP), Qualified Wealth Planner (QWP), and Certified Insurance Specialist. With over a decade of experience in the financial industry, I help individuals navigate their personal finances, from debt management to wealth planning, so they can achieve financial freedom with confidence.

LinkedIn logo icon
Instagram logo icon
Back to Blog

Konsultasi Sekarang!

segera raih kemakmuran finansial yang holistik

Mari Terhubung

All Right Reserved | 2024