
5 Mindset yang Salah saat Memilih Instrumen Investasi
Kalau kamu pernah menonton The Wolf of Wall Street, pasti ingat betapa cepatnya Jordan Belfort meraih kekayaan lewat investasi, dan secepat itu pula ia jatuh karena keserakahan dan mindset yang keliru. Film ini jadi pengingat bahwa tanpa pola pikir yang tepat, investasi bisa berujung bencana. Di dunia nyata, banyak investor pemula terjebak dalam kesalahan serupa. Artikel ini akan membahas lima mindset keliru yang sering muncul saat memilih instrumen investasi.
Seperti halnya memilih investasi, menjaga kestabilan keuangan juga membutuhkan perencanaan yang matang. Tak hanya soal mengejar keuntungan, tapi juga soal mengelola risiko. Di sinilah pentingnya memiliki strategi finansial yang seimbang—antara pertumbuhan aset dan perlindungan terhadap kemungkinan terburuk. Dengan mindset yang tepat dan perlindungan yang cukup, kita bisa membangun masa depan keuangan yang lebih aman dan berkelanjutan.
Artikel ini akan mengulas 5 mindset yang salah beserta strateginya saat memilih instrumen investasi agar kamu tidak terjebak investasi bodong.
5 Mindset yang Salah Saat Memilih Instrumen Investasi
Kesalahan dalam berpikir bisa menjadi bumerang saat memilih tempat menaruh uang. Inilah beberapa kesalahan umum investor pemula dalam memilih instrumen investasi:
1. Berpikir Ingin Untung Cepat
Banyak orang terjun ke dunia investasi dengan bayangan bisa cepat kaya. Influencer yang memamerkan portofolio hijau atau testimoni soal “cuan besar dalam semalam” memperkuat ilusi ini. Finansialku menjelaskan bahwa “sukses dalam berinvestasi bukanlah hal yang mudah, cepat dan tidak ada jalan pintas (short‑cut)”. Nyatanya, untuk jago dan nyaman berinvestasi memerlukan waktu dan proses secara bertahap, instrumen seperti saham dan reksa dana saham umumnya memerlukan waktu 2–5 tahun agar hasilnya terasa maksimal. Intinya, investasi bukan jalan pintas menuju kekayaan, melainkan proses jangka panjang yang membutuhkan disiplin, pengetahuan, dan kesabaran.
2. Mengikuti Tren Tanpa Melakukan Riset Sendiri
Hanya karena saham atau aset tertentu sedang viral di media sosial bukan berarti itu pilihan terbaik. Fenomena ini dikenal sebagai herding behavior. Menurut Jurnal Visioner & Strategis, karya Lidia dkk, Harding Behavior merupakan kecenderungan investor mengikuti tindakan orang lain, tanpa mempertimbangkan informasi atau penilaian mereka sendiri. Hal ini merupakan mindset yang salah karena syarat menjadi trading sukses nyatanya adalah konsistensi dan ketelitian membaca pasar. Untuk itulah pentingnya meluangkan waktu untuk memahami latar belakang perusahaan, tren industri, dan potensi pertumbuhan jangka panjang sebelum memutuskan investasi.
3. Terlalu Percaya Diri dan Tidak Melihat Risiko
Overconfidence atau terlalu percaya diri bisa menjadi jebakan berbahaya. Ketika merasa “sudah paham pasar,” seseorang bisa menaruh seluruh dananya pada satu jenis instrumen, tanpa mempertimbangkan skenario terburuk. Padahal, pasar sangat dinamis. Sentimen global, krisis ekonomi, atau perubahan kebijakan bisa mempengaruhi harga instrumen secara drastis. Investasi yang sehat harus dibangun dengan pendekatan logis, bukan percaya diri berlebihan. Selalu pertimbangkan potensi rugi, bukan hanya potensi untung.
4. Takut Rugi dan Akhirnya Tidak Mulai
Di sisi lain, ada juga yang terlalu berhati-hati. Mereka menyimpan uang di tabungan biasa karena takut kehilangan nilai investasi. Sayangnya, ini membuat mereka kehilangan peluang pertumbuhan kekayaan jangka panjang. Padahal, semua instrumen pasti punya risiko. Namun risiko bisa dikelola jika kamu memahami profil risiko diri sendiri dan memilih instrumen yang sesuai.
5. Tidak Melakukan Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi adalah prinsip dasar dalam manajemen risiko. Tapi banyak pemula menaruh semua dana hanya di satu tempat—misalnya, semua uang di saham teknologi atau kripto. Dalam investasi yang cerdas, strategi ini dinilai berisiko tinggi karena jika aset tersebut turun drastis, maka seluruh portofolio ikut anjlok. Diversifikasi ke saham, obligasi, reksa dana pasar uang, hingga emas bisa menjaga kestabilan nilai investasi secara keseluruhan. Tanpa diversifikasi, kamu menaruh seluruh nasib keuangan pada satu sektor saja—dan ini bukan strategi yang bijak.
3 Strategi Tepat untuk Membentuk Portofolio Lebih Sehat
1. Mindset Jangka Menengah–Panjang
Menurut SCMBCI rata-rata return saham dalam jangka panjang mencapai 7–10% per tahun, jauh melampaui deposito (~2–3%). Pilihlah strategi investor jangka panjang, yang tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan lebih tahan terhadap gejolak pasar jangka pendek juga selalu memiliki dana cadangan untuk menyimpan kekayaan yang lebih kuat terhadap inflasi .
2. Riset Mandiri & Pahami Risiko Tiap Instrumen
Data OJK per Maret 2024 menunjukkan total dana kelolaan reksa dana mencapai Rp600 triliun, dengan pertumbuhan investor baru hingga 30% YoY. Tak hanya itu, BINUS juga melaporkan jika sekarang muncul lebih dari 60% investor baru berasal dari kelompok usia <30 tahun. Namun, alangkah baiknya sebelum kamu terjun, pahami karakter saham, obligasi, maupun pasar uang via analisis fundamental & teknikal. Hal ini akan memperkuat analisismu dan juga menghindari kamu dari kerugian yang besar.
3. Diversifikasi & Proteksi Finansial
Instrumen investasi itu banyak. Ada baiknya jika kamu kombinasikan investasi di berbagai instrumen: saham, obligasi, reksa dana, bahkan emas digital untuk meminimalisir risiko volatilitas. Emas digital memudahkan strategi jangka panjang—melindungi aset dari inflasi dan menjaga stabilitas keuangan. Proteksi tambahan seperti asuransi berperan menjaga kesehatan finansial saat risiko tak terduga datang—tanpa mengganggu strategi pertumbuhan portofolio. Asuransi seperti Allianz SmartLink Protection Plus dapat memberikan proteksi jiwa sekaligus membantu investor tetap memiliki potensi imbal hasil lewat instrumen investasi yang dikelola oleh Allianz. Sangat cocok untuk kamu yang ingin mengkombinasikan pertumbuhan aset dengan perlindungan risiko jiwa.
Hindari 5 Mindset yang Salah saat Memilih Instrumen Investasi : Biar Nggak Salah Langkah, Diskusiin Dulu Strategi Finansialmu
Menghindari 5 mindset yang salah saat memilih instrumen investasi adalah langkah awal untuk membangun portofolio keuangan yang sehat. Pola pikir seperti ingin cepat untung, ikut-ikutan tren, terlalu percaya diri, takut rugi, dan enggan diversifikasi sering kali menjadi jebakan bagi investor pemula. Padahal, investasi yang bijak membutuhkan mindset jangka panjang, riset mandiri, serta strategi yang mencakup diversifikasi aset dan proteksi finansial. Dengan memahami dan menghindari kesalahan ini, kamu bisa lebih siap menghadapi risiko dan mengoptimalkan potensi keuntungan dalam jangka panjang.
Proteksi finasial juga sangat diperlukan, maka itu pentingnya mempunyai konsultan keuangan yang siap memberikanmu strategi masa depan dalam investasi maupun proteksi agar masa depanmu lebih terjamin. Jangan lupa cek juga Money Mindset untuk insight finansial yang ringan tapi relevan buat kehidupanmu.